data cloud

Di era digital saat ini, data telah menjadi aset paling krusial bagi perusahaan. Namun, memiliki data saja tidak cukup. Kemampuan untuk mengelola, menganalisis, dan mengakses data tersebut secara cepat, aman, dan efisien adalah pembeda utama antara perusahaan yang inovatif dan yang tertinggal. Di sinilah peran Business Data Cloud menjadi sentral. Ini bukan lagi sekadar tempat penyimpanan data (storage), melainkan sebuah ekosistem terintegrasi untuk data warehousing, data lakes, analitik, dan data governance.

Bagi para Chief Technology Officer (CTO) dan Manajer TI, proses seleksi vendor penyedia layanan ini adalah keputusan strategis yang berdampak jangka panjang. Memilih vendor data cloud ibarat mencari jarum dalam tumpukan jerami digital; satu kesalahan kecil dalam evaluasi teknis dapat menyebabkan pembengkakan biaya, kerentanan keamanan, dan hambatan inovasi di masa depan.

Pasar cloud sendiri sangat kompetitif. Menurut laporan terbaru dari Synergy Research Group untuk tahun 2025, tiga vendor hyperscaler utama (AWS, Microsoft Azure, dan Google Cloud) masih mendominasi lebih dari 60% pasar infrastruktur cloud global. Namun, dominasi pasar tidak serta merta berarti mereka adalah pilihan terbaik untuk setiap skenario bisnis. CTO dan Manajer TI harus melihat lebih dalam pada kemampuan teknis yang ditawarkan. Berikut adalah 15 kriteria teknis wajib yang harus dievaluasi.

Bagian 1: Arsitektur Inti, Kinerja, dan Ketersediaan

Faktor-faktor ini menentukan seberapa tangguh, cepat, dan andal platform data Anda.

1. Dukungan Arsitektur Hybrid dan Multi-Cloud

Hampir tidak ada perusahaan modern yang beroperasi dalam satu lingkungan tunggal. Kemampuan vendor untuk terintegrasi secara mulus dengan private cloud (on-premise) dan vendor public cloud lainnya adalah krusial.

Menurut sebuah studi di Indonesia, sekitar 72% perusahaan telah mengadopsi strategi hybrid cloud untuk menyeimbangkan antara keamanan data sensitif dan fleksibilitas. Tanyakan pada vendor: Bagaimana arsitektur mereka memfasilitasi data fabric yang tunggal di berbagai lingkungan ini?

2. Skalabilitas vs. Elastisitas

Dua istilah ini sering digunakan secara bergantian, tetapi memiliki perbedaan teknis. Skalabilitas adalah kemampuan untuk menambah sumber daya (CPU, RAM, storage) untuk menangani beban kerja yang lebih besar.

Elastisitas adalah kemampuan sistem untuk secara otomatis menambah dan mengurangi sumber daya berdasarkan permintaan real-time. Untuk CTO, elastisitas jauh lebih penting untuk efisiensi biaya, memastikan Anda hanya membayar untuk apa yang Anda gunakan, terutama saat menghadapi beban kerja analitik yang fluktuatif.

3. Model Deployment dan Kedaulatan Data (Data Sovereignty)

Di mana data Anda akan disimpan secara fisik? Ini bukan hanya pertanyaan teknis, tetapi juga hukum. Terkait regulasi seperti PP No. 71 Tahun 2019 di Indonesia, beberapa data krusial mungkin diwajibkan untuk disimpan di dalam negeri.

Pastikan vendor memiliki region data center yang berlokasi di Indonesia atau menyediakan solusi hybrid yang memungkinkan Anda mematuhi regulasi kedaulatan data tanpa mengorbankan fungsionalitas cloud.

4. Jaminan Kinerja (SLA) dan Latensi

Jangan hanya terbuai janji “cepat”. Minta detail teknis dalam Service Level Agreement (SLA). Apakah mereka menjamin uptime 99.9% atau 99.99%? Perbedaan 0.09% itu setara dengan 8 jam downtime lebih banyak per tahun.

Tanyakan soal latensi jaringan yang dijamin, terutama untuk data center region yang akan Anda gunakan. Untuk aplikasi analitik real-time, setiap milidetik sangat berharga.

5. Kemampuan Disaster Recovery (DR) dan High Availability (HA)

Apa rencana vendor jika satu data center mereka mengalami kegagalan total? Tanyakan secara spesifik mengenai nilai RPO (Recovery Point Objective – berapa banyak data yang boleh hilang) dan RTO (Recovery Time Objective – berapa lama waktu untuk pulih).

Apakah mereka menawarkan failover otomatis ke region lain? Apakah proses backup dan snapshotting sudah terotomatisasi dan mudah dikelola?

Bagian 2: Manajemen Data dan Interoperabilitas

Platform data modern harus mampu menangani keragaman dan volume data yang terus meledak.

6. Dukungan Tipe Data yang Beragam

Platform Business Data Cloud yang baik harus agnostik terhadap format data. Ia harus mampu memproses, menyimpan, dan menganalisis semua jenis data dalam satu platform terpadu, termasuk:

  • Data Terstruktur: Tabel dari database relasional (SQL).
  • Data Semi-Terstruktur: File JSON, CSV, XML, Parquet.
  • Data Tidak Terstruktur: Video, audio, gambar, log aplikasi, dan teks bebas.

Jika vendor mengharuskan Anda memisahkan data-data ini di layanan yang berbeda, itu akan menciptakan silo data baru.

7. Interoperabilitas dan Kekuatan API

Vendor lock-in adalah mimpi buruk setiap CTO. Pastikan platform data cloud dibangun di atas standar terbuka (seperti format Apache Parquet atau Iceberg) dan menyediakan API yang kuat dan terdokumentasi dengan baik.

Tujuannya adalah agar Anda dapat dengan mudah memindahkan data (impor/ekspor) atau mengintegrasikan alat third-party (seperti Tableau, Power BI, atau alat kustom Anda) tanpa hambatan teknis yang berarti.

8. Kemampuan Ingesti Data dan ETL/ELT Bawaan

Bagaimana cara data masuk ke platform? Apakah vendor menyediakan konektor bawaan untuk sumber data populer (SAP, Salesforce, database on-premise, layanan streaming seperti Kafka)? Apakah mereka menawarkan alat ETL (Extract, Transform, Load) atau ELT (Extract, Load, Transform) yang serverless dan terintegrasi?

Platform yang mengharuskan Anda membeli dan mengelola alat ETL pihak ketiga yang kompleks akan menambah biaya dan kompleksitas arsitektur.

9. Data Governance dan Data Lineage

Saat data mengalir dari berbagai sumber dan ditransformasi berkali-kali, bagaimana Anda memastikan kualitas dan kepercayaannya? Cari vendor yang menawarkan fitur data governance terpusat.

Fitur krusial di sini adalah Data Lineage, yaitu kemampuan untuk melacak data dari sumber aslinya (origin) hingga ke visualisasi dashboard, melihat setiap transformasi yang terjadi di sepanjang jalan. Ini sangat penting untuk audit dan debugging.

Bagian 3: Keamanan, Kepatuhan, dan Biaya

Aspek ini sering kali menjadi penentu gagal atau berhasilnya implementasi cloud.

10. Model Keamanan Zero Trust dan IAM

Keamanan di cloud bukan hanya soal firewall. Vendor modern harus mengadopsi arsitektur Zero Trust, yang berarti “jangan pernah percaya, selalu verifikasi”.

Ini diimplementasikan melalui kontrol Identity and Access Management (IAM) yang granular. Anda harus bisa mengatur izin akses spesifik (misalnya: ‘User A hanya bisa membaca tabel X, tapi tidak bisa menghapus’).

11. Enkripsi End-to-End (In-Transit & At-Rest)

Ini adalah standar wajib. Data harus terenkripsi saat bergerak di jaringan (in-transit) menggunakan TLS, dan saat disimpan di disk (at-rest) menggunakan enkripsi yang kuat seperti AES-256.

Pertanyaan teknis lanjutannya adalah: Siapa yang mengelola kunci enkripsi? Apakah vendor menawarkan opsi bagi pelanggan untuk mengelola kunci mereka sendiri (Customer-Managed Encryption Keys – CMEK)? Ini penting untuk data yang paling sensitif.

12. Sertifikasi Kepatuhan (Compliance)

Jangan hanya percaya pada klaim “aman”. Minta bukti sertifikasi dari pihak ketiga. Standar internasional seperti ISO 27001, SOC 2 Type II, dan GDPR (untuk pasar Eropa) adalah wajib.

Untuk industri spesifik, cari kepatuhan terhadap HIPAA (kesehatan) atau PCI-DSS (keuangan). Ini menunjukkan bahwa vendor telah diaudit dan mematuhi praktik keamanan terbaik.

Bagian 4: Analitik, AI/ML, dan Model Penetapan Harga

Di sinilah nilai sebenarnya dari data diekstraksi.

13. Kemampuan Analitik dan BI Terintegrasi

Sebuah Business Data Cloud sejati tidak hanya menyimpan data, tetapi juga menyediakan query engine yang cepat di atasnya. Apakah Anda dapat menjalankan kueri SQL yang kompleks secara langsung pada data di data lake?

Apakah mereka menyediakan layanan Business Intelligence (BI) dan visualisasi data bawaan, atau setidaknya memiliki konektor yang dioptimalkan untuk alat BI populer?

14. Integrasi Layanan AI dan Machine Learning (ML)

Inovasi masa depan terletak pada AI. Evaluasi bagaimana platform data cloud terintegrasi dengan layanan AI/ML. Apakah data scientist Anda dapat dengan mudah membuat, melatih, dan men-deploy model machine learning langsung menggunakan data yang ada di platform?

Apakah vendor menyediakan notebook terkelola (seperti Jupyter) atau layanan MLOps untuk mengelola siklus hidup model?

15. Transparansi dan Prediktabilitas Biaya (TCO)

Biaya cloud bisa menjadi sangat rumit. Model “pay-as-you-go” terdengar menarik, tetapi bisa menjadi bumerang jika tidak dikelola. Minta vendor untuk memberikan rincian struktur biaya yang transparan. Waspadai biaya tersembunyi, terutama biaya egress (biaya untuk memindahkan data keluar dari platform mereka).

Model biaya terbaik adalah yang memisahkan biaya penyimpanan (storage) dari biaya komputasi (compute), sehingga Anda tidak perlu membayar komputasi mahal hanya untuk menyimpan data dalam jumlah besar.

Kesimpulan: Mitra Strategis, Bukan Sekadar Vendor

Memilih vendor Business Data Cloud adalah salah satu keputusan teknologi paling penting yang akan dibuat oleh CTO dan Manajer TI dalam dekade ini. Ini bukan sekadar membeli lisensi perangkat lunak atau menyewa server; ini adalah pemilihan mitra strategis yang akan menjadi fondasi bagi semua inisiatif berbasis data, analitik, dan AI Anda di masa depan.

Ke-15 kriteria teknis di atas adalah titik awal untuk percakapan yang mendalam. Jangan terburu-buru mengambil keputusan hanya berdasarkan popularitas merek atau diskon besar di awal. Lakukan evaluasi Proof of Concept (POC) yang ketat dengan data dan kasus penggunaan nyata dari perusahaan Anda.

Mengnavigasi lanskap Business Data Cloud yang kompleks ini memang menantang. Jika Anda membutuhkan panduan ahli untuk mengevaluasi arsitektur, merencanakan migrasi, atau mengimplementasikan solusi data cloud yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan unik bisnis Anda, tim profesional di SOLTIUS siap membantu.

Hubungi SOLTIUS hari ini untuk konsultasi dan temukan bagaimana data Anda dapat ditransformasi menjadi keunggulan kompetitif yang nyata.